-->

MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA - ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA - ILMU SOSIAL DASAR
MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA - ILMU SOSIAL DASAR
MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR  REMAJA DAN 
                                              PERMASALAHANNYA


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Dosen Pembimbing: Emilianshah Banowo

        Disusun oleh:
                                               NAMA       : WISNU ANGGARA
                                               NPM             : 57416689
                                               KELAS      : 1IA12
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016

KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas “Remaja Dan Permasalahannya”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman kita tentang pentingnya mata kuliah ilmu sosial dasar di lingkungan mahasiswa dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “ilmu sosial dasar”. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada Bapak Emilianshah Banowo, selaku dosen mata kuliah “ilmu sosial dasar”
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,


                                                                                                Depok, 26 November 2016
                                                                                      Penyusun,

                                                                                      Wisnu Anggara
                                               








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................               
DAFTAR ISI..........................................................................................................               
BAB  I     PENDAHULUAN.................................................................................              
                   1.1     Latar Belakang...........................................................................                 
                   1.2     Perumusan Masalah...................................................................                
                   1.3     Tujuan Penulisan........................................................................                 
BAB II     PEMBAHASAN...................................................................................   
                   2.1     Ciri Masa Remaja.......................................................................
                   2.2     Masalah - Masalah Pada Remaja...............................................
                   2.3     Sebab Terjadinya Penyimpangan Aqhlaq Remaja ....................             
                   2.4     Media Elektronik Biang Keladi Pergaulan Bebas Remaja.........                      
                   2.5     Permasalahan Fisik Dan Kesehatan...........................................  
                   2.6     Permasalahan Alkohol  Dan Obat - Obatan Terlarang .............

BAB III    PENUTUP............................................................................................      
                   3.1     Kesimpulan................................................................................
                   3.2     Saran..........................................................................................          
                   3.3     Daftar Pustaka............................................................................          


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak.
Mengenai umur masa remaja, para psikolog tidak sepakat, namun yang umum digunakan adalah pendapat Luella Cole, seoarang ahli psikologi, yaitu 13 – 15 tahun (masa remaja awal) , 15 – 18 tahun (masa remaja pertengahan) , 18 – 21 tahun ( masa remaja akhir).
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1.Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.Ketidakstabilan emosi.
3.Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4.Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6.Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.Senang bereksperimentasi.
8.Senang bereksplorasi.
9.Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10.Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
1.2  Perumusan Masalah
            Berdasarkan keterangan yang telah diutarakan pada latar belakang di atas, maka penulis             menuruskan masalah sebagai berikut :
      1.   Masalah apa sajakah yang biasanya mengganggu pada usia remaja ?
      2.   Bagaimana pendapat dan saran pihak-pihak mengenai masa remaja dan permasalahannya ?
      3.   Mengapa media elektronik menjadi masalah untuk kalangan remaja ?
      4.   Apa kegunaan dan fungsi kondom ?
      5.   Apa yang dimaksud HIV / AIDS ?    
      6.   Apa yang dimaksud dengan IMS (Infeksi Menular Seksual) ?
      7.   Bagaimana solusi untuk mencegah / mengobati penyakit batin saat memperoleh teguran           dari orang lain tentang remaja ?

1.3  Tujuan Penulisan
      1.   Para remaja dapat mengetahui informasi-informasi tentang masa remaja, sebab-akibat             masalah remaja dan cara penanggulangan / solusi untuk mengatasi masalah remaja.
      2.   Para remaja dapat belajar dari pengalaman-pengalaman orang-orang yang lebih tua /               dewasa / lebih pengalaman.
      3.   Para remaja dapat menambah ilmu pengetahuannya mengenai kehidupan masa remaja.
      4.   Para remaja dapat memperbaiki pola kehidupan mereka.
BAB II
PEMBAHASAN


      Masa remaja adalah masa penemuan jati diri masing-masing orang. Mencari teman, sahabat dan pacar untuk mengolah sifat dan perilaku. Mengikuti cara pembelajaran yang lebih baik biasanya dapat meringankan otak, karena di samping menambah wawasan kita juga dapat berperilaku dengan baik.
2.1 Ciri Masa Remaja
Ciri masa remaja menurut psikologi modern :
1. Masa remaja adalah periode yang penting
Perkembangan fisik dan mental yang penting bagi perkembangan     selanjutnya serta sangat memeelukan penyesuaian sehingga terbentuk sikap, nilai dan minat baru
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak tapi juga belum dewasa, jika ia berperilaku seperti anak-anak ia kan ditegur dan diajari bertindak sesuia usianya, namun jika ia berperilaku seperrti orang dewasa seringkali dimarahi pula
3.Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan sikap dan perilaku selama masa remaja seiring dengan perubahan fisiknya, perubahan yang terjadi antara lain :
-Meningginya emosi yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
-Perubahan tubuh , minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social padanya sehingga timbul masalah baru, remaja akan tetap merasa bermasalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya
-Perubahan nilai akibat perubahan minat dan perilaku
-Sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap perubahan, mereka menginginkan kebebasan tapi takut bertanggung jawab
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk di atasi, karena :
Sepanjang masa anak-anak , sebnagiann besar masalahnya diselesaikan oleh orang tua, duru dll sehingga mereka tidak mempunyai pengalaman
Remaja merasa dirinya mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri  (menolak bantuan orang tua, walau sebenarnya mereka butuh)

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Bagi remaja penyesuaian dengan standar kelompok sangat penting, tapi lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri, tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal. Identitas diri yang dicaru remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat dll. Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau akan gagal. Dalam usaha mencari identitas diri ini , remaja melakukan proses imitasi (meniru) dan identifikasi ( dorongan untuk menjadi sama dengan idolanya)
6. Masa remja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan dengan kaca berwarana merah jambu, ia melihat dirinya dan sekitarnya sebagaiman yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terutama dalam cita-cita, sehingga ia menjadi terlalu ideslis dan berlebihan, semakin tidak realistis cita-citanya semakin ia mudah kecewa. Remaja akan askit hati dan kecewa bila orang lain mengecewakannya atau bila tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri
7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Menjelang akhir masa remaja, biasanya mereka mulai berusa meninggalkan karakter usia belasan tahun dan memberikan kesan bahwa mereka sudah dewasa. Berpakaian seperti orang dewasa, merokok, berperilaku seperti orang dewasa dan seterusnya, mereka menganggap perilaku ini memberikan citra bahwa mereka telah dewasa

2.2  Masalah-masalah Pada Remaja
            Di masa peralihan (transisi) ini kerap sekali banyak masalah yang timbul dan dihadapi oleh kaum remaja, baik secara fisik / batin, masalah-masalahnya adalah sebagai berikut :
      
1.   Percaya diri
                  Pengembangan diri sangatlah penting, terutama saat remaja, karena di saat itulah, usaha yang lakukan akan menjadi maksimal. Setiap manusia diciptakan pasti memiliki kemampuan, tergantung usaha kita untuk mengembangkannya. Meskipun seandainya kita merasa lebih buruk dibandingkan yang lain, tetapi satu hal yang paling penting percaya diri. Karena dengan percaya diri, kita akan mendapat sesuatu yang baik.
                  Dan walaupun pada kenyataannya percaya diri itu sulit, karena malu, takut salah, takut tidak bisa, dll. Tetapi sesungguhnya percaya diri itu mudah, hanya dengn mengatakan aku bisa !! pasti apapun yang dilakukan akan terasa ringan.
      2.   Cinta
                  Masa remaja adalah masa yang paling indah. Para psikolog sepakat bahwa kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah dicintai! Cinta bisa menjadi daya pendorong bagi seseorang untuk berprestasi, bisa memotivasi tingkah laku yang baik, bisa mengakibatkan sepasang muda-mudi berlaku konyol. Cinta memberi arti pada kemanusiaan dan menimbulkan harapan serta tujuan hidup.
                  Kalau cinta begitu menakjubkan, mengapa cinta menjadi langka bagi dunia? Mengapa ada banyak kebencian. Jawabannya adalah cinta sejati melampaui cinta romantis, dan cinta sejati melampaui perasaan-perasaan pribadi yang gelisah. Dan cinta juga menjadi masalah dalam kehidupan remaja, tergantung bagaimana kita menanggapi dan melakukannya. Banyak orang yang depresi dan mati karena cinta. Sebenarnya itu tidak perlu terjadi, dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa cinta itu bukan segalanya dan aku tidak perlu berkorban untuk cinta, dan cinta sejati bukan cinta yang harus berkorban nyawa dan kebahagiaan.
      3.   Keluarga
                  Keluarga yang baik adalah dimana bisa menjadi tempat yang bisa saling berbagi. Didalam keluarga akan dikatakan baik adalah dimana keluarga itu memiliki cinta kasih, menghormati antara satu sama lain, dan kesetiaan. Karena ajaran agama dan hukum mengatakan keluarga yang baik adalah keluarga yang bisa menjadi teladan bagi yang lain.
                  Masalah remaja yang terjun pada pergaulan bebas, biasanya dimulai dari keadaan keluarga yang kurang baik, sehingga anak bisa salah dalam bergaul. Tetapi tidak semuanya, bisa juga karena anak tidak bisa mengontrol diri dalam bergaul. Di sini keluarga diharapkan bisa memberikan teladan-teladan yang baik bagi anggota keluarganya agar terhindar dari kejahatan.
      4.   Persahabatan
                  Sahabat ? Apakah itu sahabat ? Apakah teman terdekat kita ? Sahabat bukan berarti orang yang selalu bersama kita, karena mereka belum tentu mau memahami kita. Mencari dan menjadi sahabat bukanlah mudah, karena itu bergantung pada perasaan, disaat kita membutuhkan seseorang untuk teman curhat tetapi disaat itu juga dia pergi meninggalkan kita. Pengkhianatan! Banyak orang yang dikecewakan oleh orang terdekat mereka, sebenarnya mudah sekali untuk mengetahui apakah mereka benar sahabat yang baik atau tidak. Pertama, kenali dia. Kedua, pahami sifatnya. Ketiga, ajak untuk pergi. Keempat, kenalkan dengan teman yang lain. Kelima, curhat. Keenam, lihat perkembangan sifatnya. Ketujuh, ambil keputusan.
      5.   Narkoba
                  Narkoba (Narkotika Berbahaya), kata ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Saat menginjak usia remaja, timbullah keinginan besar untuk bebas. Remaja tidak lagi ingin tunduk kepada kekuasaan orang tua, perintah guru / pihak-pihak yang bisa mengaturnya. Demikian nyata keinginan untuk bebas ini, sehingga sering mereka disudutkan dengan sebutan “semau gue”. Jangan bingung, ini adalah hal yang sangat normal dalam usaha menemukan jati diri.
                  Hal ini yang juga menyolok adalah peranan teman-teman, khususnya teman satu grup, geng / kelompok. Norma kelompok akan menjadi standar bertingkah laku mereka. Remaja akan berusaha semaksimal mungkin untuk tampil “sama” dengan teman-temannya, baik dalam bahasa, hobi, minat, penampilan, dan kegiatan. Tetapi pergaulan yang mereka dapatkan haruslah baik, karena bagi mereka “seseorang adalah teman baik, bila orang itu baik kepada kita”.
      6.   Depresi / stress
                  Depresi adalah suatu penyakit dimana akal pikiran dan perasaan tidak sejalan lagi, sehingga banyak menimbulkan kejahatan. Banyak orang gila yang kita temui di jalanan, itu karena keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan dan usaha memanfaatkan hidup. Para ahli mengemukakan beberapa penyebab depresi :
            1)   Kehilangan orang / benda yang paling disayangi
            2)   Perasaan tidak berdaya
            3)   Pandangan yang sangat jelek mengenai diri sendiri
            4)   Pengalaman buruk (musibah / kecelakaan) yang beruntun
            5)   Selalu gagal
                  Para ahli memberikan beberapa cara untuk mengatasi depresi :
            1)   Berkonsultasi dengan orang yang mau mengerti masalah kita
            2)   Mencoba untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kita sukai
            3)   Berpikir dan bersikap positif
            4)   Evaluasi tujuan hidup dan cita-cita yang akan kita capai
      7.   Kesuksesan
                  Sukses ? Setiap orang juga ingin sukses. Tetapi cara untuk mendapatkannya memang sulit. Butuh banyak pengorbanan, tetapi harus pengorbanan yang positif. Setiap orang pasti memiliki cita-cita, dan setiap orang juga pasti ingi meraihnya dan menjadi sukses. Dengan usaha dan berdoa, mudah-mudahan semua yang kita harapkan dapat terwujud.
                  Banyak kalangan muda yang bingung dengan masa depan mereka. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah mencari tahu pengalaman-pengalaman orang yang lebih dewasa dan meminta nasihat kepada orang tua, guru, saudara, sahabat dan orang-orang yang kita percaya.


      8.   Keadilan
          Setiap orang pasti ingin diperlakukan adil. Negara hukum membuat peraturan “Setiap warga negara bersama kedudukannya di mata hukum (UUD psl 27 ayt 1)”. Begitu pun kalangan muda, mereka tidak ingin perhatian kepada mereka hilang, pada sesungguhnya kaum muda ingin menunjukkan kalau mereka bukan anak kecil lagi. Tetapi kebanyakan orang dewasa tidak menganggap apa-apa perbuatan mereka, sehingga semangat mereka berarah pada tindakan yang salah.
2.3 Sebab Terjadinya Penyimpangan Akhlaq Remaja
Muara permasalahan kemerosotan akhlaq remaja ini dikarenakan dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor dari dalam diri sendiri yang menyebabkan hasrat penyimpangan, antara lain:
1.  Kurangnya pemahaman agama
Agama telah mengajarkan bagaimana akhlak dengan orang lain, baik terhadap yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Demikian pula akhlak terhadap wanita dan  tata pergaulan dengan teman sebaya. Juga mengajarkan mana yang boleh dilaksanakan dan mana yang tidak boleh.
2.  Pola asuh orang tua yang salah
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua pada anak-anaknya. Bila orang tua mendidik dengan terlalu mengekang ataupun sebaliknya terlalu permisif (serba boleh) akan menghasilkan anak yang  berperilaku menyimpang.  Misalnya menjadi anak yang tidak peka terhadap masalah sosial, suka mengganggu, atau cengeng, tidak mandiri. Ditambah lagi sekarang banyak orangtua yang sibuk (kedua orang tua bekerja) sehingga perhatian kepada anaknya sangat kurang
Termasuk pola asuh adalah mendidik agama pada anak-anak sejak dini.
3.  Kepribadian yang in adekuat
Kepribadian yang utuh dan sehat merupakan salah satu modal utama untuk mencapai cita-cita. Sebaliknya kepribadian yang indekuat memunculkan sikap impulsif, agresif atau cenderung dekstruktif.

Sedangkan faktor eksternal adalah adanya proses transformasi budaya. Indonesia yang pernah melaksanakan  strategi kebijakan “open door policy” di bidang kebudayaan  tampaknya amat merugikan kualitas sumber daya manusia Indonesia . Dengan adanya transformasi budaya dari luar inilah yang menyebabkan perobahan ‘gaya hidup’ masyarakat yang tidak sehat dimana masyarakat kita mempunyai anggapan supaya dikatakan modern maka harus mengikuti gaya hidup barat . Padahal kalau kita perhatikan   budaya dari negara Barat itu substansi dasarnya adalah :
– Budaya materialistik (orientasi keduniaan), yakni orang dipacu mencari materi dan menikmati materi.
– Budaya permisivesness (orientasi serba boleh), terutama masalah hubungan seks bebas dan pornografi
2.4  Media Elektronik, Biang Keladi Pergaulan Bebas Remaja
            Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan melihat tampilan atau seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dimana saja.
            Menurut Jane Brown, ilmuwan dari Universitas North Carolina yang memimpin proyek penelitian ini, semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks di media, maka mereka akan semakin berana mencoba seks di usia muda.
            Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di televisi dengan perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak 1,017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari Negara bagian North Carolina, AS yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, pertunjukan, musik, dan majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil sangat mengejutkan. 
            Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih tinggi ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seksi dari media.
            Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat sepuluh kali lipat lebih tinggi disbanding negara-negara indistri maju lainnya, hingga penyakit menular seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
            Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan pendidikan seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka mendapat pemahaman seks yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di kalangan remaja adalah sebagai sesutau yang menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan atau tertular penyakit kelamin).
            Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat informasi seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman sebaya mereka juga sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya mengadopsi begitu saja norma-norma sosial “tak nyata” yang sengaja dibuat oleh media.
            Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics, serta sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya, hasil penelitian tersebut belum melihat bagaimana dampak informasi seks di internet pada perilaku seks remaja.

2.5 Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
2.6 Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
Cinta dan Hubungan Heteroseksual
Permasalahan Seksual
Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.

BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
      1.   Remaja ingin menunjukkan kemampuan mereka kepada orang lain
      2.   Remaja ingin diakui bahwa mereka sudah dewasa
      3.   Kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa faktor :
            a.   Pergaulan yang salah
            b.   Kurang mendapat perhatian
            c.   Terpengaruh oleh media elektronik
            d.   Banyak masalah yang dihadapi
            e.   Tidak dapat mengontrol diri sendiri
      4.   Masa remaja adalah masa peralihan (transisi) untuk penemuan jati diri         
      5.   Dalam pergaulan remaja dituntut untuk berhati-hati dalam pergaulan, agar terhindar dari hal-hal yang dapat merusak diri sendiri
3.2  Saran
Untuk bisa menjadikan remaja yang baik, berikut beberapa saran yang bisa dilakukan untuk merealisasikan tujuan tersebut :
1. Penanaman pendidikan agama sejak dini.
Hasil penelitian ilmiah  telah membuktikan bahwa remaja yang komitmen agamanya lemah  mempunyai resiko lebih tinggi (4 kali) untuk terlibat penyalahgunaan NAZA bila dibandingkan dengan remaja yang komitmen agamanya kuat (Hawari 1990)
2. Kehidupan beragama di rumah tangga perlu diciptakan dengan suasana rasa kasih sayang antara ayah-ibu-anak.
Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa  anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius, resiko anak untuk terlibat penyalahgunaan NAZA (kemerosotan akhlaq) jauh lebih besar dari pada anak yang dibesarkan dalam keluarga religius. (Hawari, 1990, Stinnet, J. Defrain, 1987)
3. Peran dan tanggung jawab orang tua amat penting dan menentukan bagi keberhasilan pencegahan kemerosotan akhlaq, yaitu :
a. Orang tua di rumah (ayah dan ibu), ciptakan suasana rumah tangga yang harmonis (sakinah), tersedia waktu dan komunikasi dengan anak, hindari pola hidup konsumtif, beri suri teladan yang baik sesuai dengan tuntunan agama.
b. Orang tua di sekolah (bapak dan ibu guru), ciptakan suasana/kondisi proses belajar mengajar yang kondusif bagi anak didik agar menjadi manusia yang berilmu dan beriman.
c. Orang tua di masyarakat (tokoh masyarakat, ulama, pejabat, pengusaha, aparat), ciptakan kondisi lingkungan sosial yang sehat bagi perkembangan anak / remaja. Hindari sarana dan peluang agar anak dan remaja tidak terjerumus / terjebak dalam kemerosotan akhlaq.
4. ‘Political will’ dan ‘Political action’ Pemerintah perlu dukungan kita semua  dengan diberlakukannya Undang Undang, dan peraturan-peraturan disertai tindakan nyata dalam upaya melaksanakan “amar ma’ruf nahi munkar/dakwah” demi keselamatan anak/remaja generasi penerus dan pewaris bangsa.

3.3 Daftar Pustaka