MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
TEKNOLOGI INFORMASI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Dosen Pembimbing : Emilianshah Banowo
Di Susun Oleh :
Nama : Wisnu Anggara
NPM : 57416689
Kelas :1IA12
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami smpaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah , karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas tentang "Teknologi Informasi Dan Perubahan Masyarakat". Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman kita tentang pengaruh dari teknologi informasi dimasyarakat dan perubahan yang terjadi di masyarakat akibat teknologi informasi tersebut, dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah "Ilmu Sosial Dasar". Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada Bapak Emilianshah Banowo selaku dosen mata kuliah " Ilmu Sosial Dasar"
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.
Depok , 29 Oktober 2016
Penyusun
Wisnu Anggara
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Teknologi
Informasi (TI) yang kini berkembang amat pesat, tak bisa dipungkiri memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi ini. TI telah
mengubah wajah ekonomi konvensional yang lambat dan mengandalkan interaksi
sumber daya fisik secara lokal menjadi ekonomi digital yang serba cepat dan
mengandalkan interaksi sumber daya
informasi secara global. Peran Internet tidak bisa dipungkiri dalam hal
penyediaan informasi global ini sehingga dalam derajat tertentu, TI
disamaratakan dengan Internet. Internet sendiri memang fenomenal kemunculannya
sebagai salah satu tiang pancang penanda kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Internet menghilangkan semua batas-batas fisik yang memisahkan
manusia dan menyatukannya dalam dunia baru, yaitu dunia “maya”. Setara dengan
perkembangan perangkat keras komputer, khususnya mikro-prosesor, dan
infrastruktur komunikasi, TI di internet berkembang dengan kecepatan yang sukar
dibayangkan.
Perubahan
bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat
dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah
tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi
ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat
memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit
dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting
khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba
menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah.
Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain
dan memecahkan masalah.
Teknologi
diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah membuktikan evolusi teknologi selalu
terjadi sebagai tujuan atas hasil upaya keras para jenius yang pada gilirannya
temuan teknologi tersebut diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan dalam
aktivitas kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaat dari padanya. Terdapat
urutan yang sistematis dalam perkembangan teknologi, diawali dengan persoalan
yang diciptakan atau yang dihadapi dalam keseharian. Ilmu pengetahuan dasar
seperti fisika, matematika, kimia, menjadi modal utama dalam memecahkan
persoalan dan menciptakan teknologi. Tahapan berikutnya, temuan teknologi ini
diperkenalkan kepada masyarakat dan jika terbukti dapat membantu memudahkan
aktivitas manusia kemudian memasuki tahap komersial. Mereka yang mampu memiliki
teknologi menjadi penerima manfaat (beneficiaries) teknologi, sedangkan yang
tidak mampu berada pada lingkaran luar penerima manfaat teknologi.
Kondisi mampu dan tidak mampu dalam memiliki teknologi inilah yang menjadi penyebab awal (primal causal) dari kesenjangan ekonomi dan sosial. Mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang yang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya, yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin. Pada sisi gelap, teknologi dapat dituduh sebagai penyebab kesenjangan ekonomi dan sosial. Keadaan inilah yang kemudian memunculkan ide perlunya pemerataan pemanfaatan teknologi hingga ke masyarakat yang bila secara individu tidak mampu memilikinya.
Kondisi mampu dan tidak mampu dalam memiliki teknologi inilah yang menjadi penyebab awal (primal causal) dari kesenjangan ekonomi dan sosial. Mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang yang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya, yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin. Pada sisi gelap, teknologi dapat dituduh sebagai penyebab kesenjangan ekonomi dan sosial. Keadaan inilah yang kemudian memunculkan ide perlunya pemerataan pemanfaatan teknologi hingga ke masyarakat yang bila secara individu tidak mampu memilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penegrtian Teknologi Informasi
J
Pengertian Teknologi
Informasi menurut beberapa ahli teknologi informasi :
1.Teknologi Informasi adalah studi atau
peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan
mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar (kamus
Oxford, 1995)
2.Teknologi Informasi adalah seperangkat alat
yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag & Keen, 1996)
3. Teknologi Informasi tidak hanya terbatas
pada teknologi komputer (software & hardware) yang digunakan untuk
memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999)
4. Teknologi Informasi adalah segala bentuk
teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam
bentuk elektronis (Lucas, 2000)
5. Teknologi Informasi adalah teknologi yang
menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi
yang membawa data, suara, dan video (William & Sawyer, 2003)
Teknologi
Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu,
yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan
informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
2.2 Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermatabat.
Pada dasarnya setiap
manusia yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan
mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya
perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu
perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian
kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan
suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada
kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi
antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal
ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya.
Tentang perubahan sosial
ini, beberapa sosiolog memberikan beberapa definisi perubahan sosial, yaitu :
Pengertian Perubahan
Sosial Menurut Ahli :
1.William F. Ogburn mengemukakan bahwa “ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang meterial maupun yang
immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan
material terhadap unsur-unsur immaterial”
2.Kingsley Davis mengartikan “perubahan-perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat”
3.MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai
perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial”.
4.JL. Gillin dan JP. Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat”.
5. Samuel Koenig mengatakan bahwa “perubahan sosial menunjukkan
pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia”.
Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah “segala
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nila-nilai,
sikapdan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat”.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada masyarakat yang mencangkup perubahan dalam aspek-aspek struktur
dari suatu masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor
lingkungan, karena perubahannya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta
berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga
kemasyarakatnnya.
2.3 Pengertian Perubahan
Atkinson, (1987 dan Brooten,1978 dalam
Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan
atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan
sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku
individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu
pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu
masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat
perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Hersey dan Blanchard (1977 dalam Nurhidiyah, 2003 : 4), menyebutkan empat tingkatan perubahan. Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan.
Perubahan partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berperilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan yang diarahkan bertolak belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tentang arah dan perilaku untuk sistem dari masalah aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun berdasarkan rencana dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk menerapkannya.
Hersey dan Blanchard (1977 dalam Nurhidiyah, 2003 : 4), menyebutkan empat tingkatan perubahan. Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan.
Perubahan partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berperilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan yang diarahkan bertolak belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tentang arah dan perilaku untuk sistem dari masalah aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun berdasarkan rencana dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk menerapkannya.
2.4 Teknologi Informasi Komunikasi dan Perubahan Sosial Masyarakat
Menurut Toffler dalam
buku karangan Wahyudi Kumoroto dan Subandono Agus Margono (1998 dalam Burachman
Hakim, 2006), menyebutkan bahwa peradaban yang pernah dan sedang dijalani oleh
umat manusia terbagi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang dimana
tahapan manusia ditandai dengan peradaban agraris dan pemanfaatan energi
terbarukan (8000 sebelum masehi – 1700). Gelombang kedua ditandainya dengan
munculnya revolusi industri (1700 – 1970-an). Dan gelombang terakhir adalah
peradaban yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi, pengolahan data,
penerbangan, aplikasi luar angkasa, bioteknologi dan computer. Saat ini,
berdasarkan realitas yang ada, sudah jelas bahwa kita berada pada gelombang
ketiga, dimana kita hidup di zaman yang ditopang oleh kemajuan teknologi
informasi yang memicu terjadinya ledakan informasi. Ledakan informasi yang
terjadi membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia. Kita telah
mengalami masa peralih dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.
Burachman Hakim (2006) menyatakan bahwa, ledakan informasi dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terjadi membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari atau perubahan yang terjadi pada pranata sosial yang ada dimasyarakat saat ini. Perubahan sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Saat ini masyarakat semakin kritis, cerdas dan berani. Kritis yang dimaksudkan disini adalah sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai itu dalam bidang pendidikan bahkan sampai politik.
Perubahan yang terjadi dalam konteks pranata sosial dapat dilihat dengan berubahnya format pranata sosial serta munculnya lembaga-lembaga baru dibidang pengelolaan informasi. Sekarang lembaga-lembaga pelayanan public atau banyak lembaga sosial lainnya mulai berubah dengan menerapkan teknologi e-government dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang informatif dan akuntable. Lembaga-lembaga tersebut mulai menerapakan automasi dalam layanannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang cepat, informatif dan transparan. Informasi memang membawa perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika informasi dan teknologi yang terjadi.
Roes Setiyadi (2005), Perubahan sosial masyarakat selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
Burachman Hakim (2006) menyatakan bahwa, ledakan informasi dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terjadi membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari atau perubahan yang terjadi pada pranata sosial yang ada dimasyarakat saat ini. Perubahan sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Saat ini masyarakat semakin kritis, cerdas dan berani. Kritis yang dimaksudkan disini adalah sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai itu dalam bidang pendidikan bahkan sampai politik.
Perubahan yang terjadi dalam konteks pranata sosial dapat dilihat dengan berubahnya format pranata sosial serta munculnya lembaga-lembaga baru dibidang pengelolaan informasi. Sekarang lembaga-lembaga pelayanan public atau banyak lembaga sosial lainnya mulai berubah dengan menerapkan teknologi e-government dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang informatif dan akuntable. Lembaga-lembaga tersebut mulai menerapakan automasi dalam layanannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang cepat, informatif dan transparan. Informasi memang membawa perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika informasi dan teknologi yang terjadi.
Roes Setiyadi (2005), Perubahan sosial masyarakat selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uraian di
atas mengindikasikan dua hal, di satu sisi teknologi dianggap sebagai alat
means yang menawarkan kemudahan dan pada gilirannya memberikan kemakmuran, di
sisi lain karena kemampuannya memberikan kemakmuran teknologi menjadi tujuan
ends masyarakat agar dapat memilikinya. Hubungan antara means dan ends ini
menjadi pangkal dari fenomena sosial yang muncul dalam perkembangan teknologi.
Sebagai means, teknologi hanyalah barang mati yang peran nyatanya sangat
ditentukan oleh manusia yang mengendalikannya. Dalam hubungannya sebagai ends,
tak dapat dihindarkan bahwa teknologi tertentu menjadi dambaan individu,
masyarakat atau bahkan negara untuk memilikinya dan atau berhasil menguasainya.
Perubahan sosial selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali, sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
Perubahan sosial selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali, sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
3.2 Saran
Setelah memahami penjabaran diatas, alngkah baiknya jika kita
memaksimalkan teknologi yang ada untuk menuju perubhan ke arah
psitif dalam kehidupan sosial sebagai manusia seharusnya kita dapat menyetir
teknologi bukan malah kita yang di setir oleh teknologi sebab pada
saat ini kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar sehingga jika tidak
bisa memnfaakan teknologi dengan baik otomatis akan terarah pada hal-hal Yang
negatif.
3.3. Daftar Pustaka